Pimpinan PT Telkom Indonesia yang kami cintai, Perkenankan saya menyampaikan kesedihan dan kemarahan sebagai pelanggan indihome dengan nomor pelanggan 111702110633. Layanan ini terpasang di rumah ibu kami yang merupakan seorang guru di Palembang yang tengah memasuki masa pensiun. Sederhana saja, awalnya ibu kami ingin bisa terhubung dengan internet agar bisa bertegur sapa dengan anak cucunya yang jauh lewat video call dan ibu saya ingin akses informasi agar bisa jadi penambah asupan pengetahuan saat ia mengajar murid-muridnya di sekolah dasar.
Jadilah kami pasangkan indihome pada bulan April 2016 dengan paket senilai 330 ribu, memasuki November 2016 bayaran melonjak menjadi 426 ribu dengan perincian paket 385 plus PPN dll. Pada Maret 2017 kami putuskan berhenti berlanggan saya yang kebetulan berada jauh dari ibu menghubungi 147 dan minta dihentikan layanan by system tapi tidak bisa harus ke plasa Telkom setempat. Masalahnya, ibu saya tidak bisa ke plasa Telkom sedangkan saya berada jauh dari ibu. Dalam fase menunggu respon atas laporan kami ini, berulang kali collector Telkom menelpon ibu saya. Dari sana saya mengetahui bahwa kenaikan ini dikarenakan migrasi paket yang menurut petugas 147 telah kami setujui. Saya yakin betul kami tidak pernah menyetujui apapun. Makanya saya minta rekaman persetujuan itu dibuka kalau ada, kalau itu tertulis mohon kami diberitahu. Mengapa saya benar-benar marah dengan Telkom ? Petugas collector menelpon orang tua saya dan dengan nada keras menuntut ibu saya membayar tagihan, ibu saya menelpon saya sambil menangis karena takut dan sedih dengan cara penagihan yang demikian. Nama petugas ini sudah saya sampaikan ke 147 untuk diingatkan. Berulang kali saya lapor ke 147 untuk tidak melakukan itu dan saya bilang saya akan bayar tagihan asal saya dapat bukti kami sudah menyetujui migrasi paket indihome tersebut. Akhirnya saya menyerah, saya lunasi tagihan bulan Februari dan Maret 2017 sebesar Rp. 949.250 lalu saya ke plasa Telkom Denpasar untuk minta dibantu dari jauh. Meski regulasi harus ke plasa Telkom setempat (Palembang) saya mencoba untuk tetap beritikad baik menyelesaikan ini. Akhirnya pihak plasa Telkom Denpasar berkomunikasi dengan plasa Telkom Palembang (A Rivai). Saya diberi contact person a.n R****A (saya tetap berusaha menjaga nama baik orang) dengan segala kesulitan saya meminta bantu orang kesana dan mengembalikan semua peralatan Telkom. Saat dijelaskan di plasa Telkom disebutkan oleh si contact person bahwa kenaikan yang terjadi memang kebijakan nasional Telkom sehingga pemberitahuannnya melalui running text di TV kabel dan melalui email. Saya buka-buka email saya, karena email yg terdaftar untuk ibu saya adalah email saya, tak saya temukan pemberitahuan itu. Dengan segala cinta atas nama ibu saya, saya ingin bertanya kepada pimpinan Telkom beberapa pertanyaan ? Maaf terpaksa saya bertanya melalui surat terbuka ini karena berulang kali menelpon 147 atau dihubungi Telkom saya tidak mendapat jawaban yang clear dan jelas :
Tapi manakala saya ingat beberapa hal ; airmata ibu saya, beratus menit waktu dan pulsa yang saya habiskan untuk menelpon 147 dan perkataan-perkataan dari pegawai telkom, seperti “Pokoknya/intinya kalau mau memutus layanan harus ke plasa telkom palembang.” Atau kalimat dari sang supervisor waktu saya bilang mohon maaf saya akan tuliskan kasus saya ini di blog saya dengan nada seperti menantang dijawab dengan “Silahkan saja..” dan berbagai hal yang tidak mengenakkan lainnya. Dengan penuh hormat dan cinta saya kirimkan surat terbuka ini. Semoga tak lagi ada korban seperti ibu saya, seperti kami. Semoga bapak ibu terhormat di Telkom masih ingat visi perusahaannya, masih ingat sejarah lahirnya perusahaan mereka dan dari mana mereka dilahirkan. Semoga Telkom terus berbenah dan tumbuh menjadi perusahaan/BUMN yang humanis, tak arogan. Denpasar 05 April 2017 Salam penuh cinta dari kami, Apri
2 Comments
Deckie F S
4/6/2017 07:03:24 am
Dear Bp/Ibu Apri,
Reply
Leave a Reply. |
AuthorKami adalah penikmat perjalanan. Bukan perjalanan yang luar biasa dari sisi destinasi, bukan pula perjalanan yang ekstrim dari sisi medan perjalanannya. Bisa tentang perjalanan ke pasar, perjalanan umroh ke tanah suci atau ke tempat-tempat yang bisa jadi telah kita naggap biasa saja. Just call me "Ri" ArchivesCategories |